Sutradara : Sahrul Gibran
Alur cerita ini menceritakan Sepasang suami istri ini memang miskin, namun keduanya bertekad untuk menyekolahkan anak semata wayang mereka setinggi mungkin. Walau mereka harus membanting tulang, Mengais rejeki dengan tertatih tatih. Sang suami hanyalah buruh kasar dengan penghasilan yang tak seberapa. Sedangkan sang Istri , buta huruf dan dan berpendidikan. Malah tak mempunyai penghasilan Kemiskinan dan penderitaan selalu menghantui penduduk Gunung Kidul. Karena miskin, angka putus sekolah sangatlah tinggi. Tak banyak anak muda yang mampu meraih gelar sarjana. Hanya dalam hitungan jari.
Film ini di perankan oleh Acha Septriasa yang berperan sebagai Sekar Palupi. Sekar Palupi di gambarkan dengan watak yang keras dan emosional dan pantang menyerah .Tupon, ibu dari Sekar Palupi yang buta huruf. Tupon digambarkan sebagai perempuan desa yang lugu dengan sikap yang tak mau menyerah untuk menyekolahkan Sekar Palupi karena dia tidak mau anak nya menderita karena buta akan pendidikan seperti ia. Dalam cerita ini , dimana Sekar Palupi hampir saja ditolak oleh Kepala sekolah karena tidak melengkapi administrasi pendaftaran.
Tupon dengan semangat yang luar biasa bersepeda bolak balik dengan jarak yang tidak dekat hanya melengkapi fotocopy KTP . Dalam adegan ini , seorang Tupon berjuang demi Sekar untuk bisa bersekolah. Tupon bahkan harus bersimpuh dengan berurai air mata agar anak semata wayangnya bisa diterima di sekolah. Menjadi seorang janda yang harus menyekolahkan anak semata wayangnya karena sang suami meninggal karena kecelakaan bahkan ia harus menjadi tukang cuci pakaian bahkan ia sanggup di caci dan di maki hanya untuk mendapatkan biaya untuk sekolah anaknya.
Surip, sang suami digambarkan sebagai suami yang bertanggung jawab dan sayang terhadap keluarga. Surip bekerja sebagai buruh kasar di sebuah penambangan batu.
Dalam sebuah kecelakaan kerja, Surip tertimpa batu yang terlepas dari alat berat sehingga batu dengan berat puluhan ton menimpa tubuh Surip. setelah kematian sang suami, keadaan akan menjadi lebih berat. Akan ada penggambaran kesulitan hidup dalam menyekolahkan Sekar Palupi alur cerita menurut saya agak berjalan dengan sangat cepat.Dimulai ketika Sekar berkuliah di Yogya. Lalu secara tak sengaja menemukan sebuah dompet dihalaman sebuah masjid.
Tanpa diduga, dompet tersebut milik seorang wanita yang merupakan istri dari Seorang ustad yang pernah bertugas di Gunung Kidul. Pertemuan ini akhirnya merupakan awal kemudahan. Film berjalan cepat, Sekar mendapatkan kemudahan dan akhirnya menerima beasiswa ke Oxford University di Inggris .
Dari Film Ini Dapat Kita Ambil Pembelajaran bahwa manusia sebagian dibangun oleh orang yang memiliki pendidikan formal dari perguruan tinggi . Sekolah itu penting, jangan pernah mau mendengar kata: SEKOLAH TIDAK PENTING karena setiap anak berhak mencicipi bangku sekolah walaupun dia berlatar belakang dari keluarga yang kurang mampu. Pesan bagi para orang tua harus lebih jeli dalam mengambil tindakan jangan sampai anak menjadi korban buta pendidikan karena setiap manusia punya potensi berbeda beda. Karena manusia itu unik.
Pesan bagi anak remaja film ini sangat baik di tonton karena cerita ini sangat menginspirasi dan dapat membangkitkan semangat kita untuk lebih semangat dalam belajar dan meraih cita cita.
Terimakasih